KATAMEDIA, Samarinda – Fenomena menumpuknya pendaftar di sekolah tertentu di Kalimantan Timur, khususnya di Balikpapan, menjadi perhatian serius Komisi IV DPRD Kaltim. Banyak orang tua dan siswa lebih memilih sekolah yang dianggap “unggulan”, tanpa mempertimbangkan daya tampung dan pemerataan.
“Se-Kaltim pada prinsipnya tidak ada masalah secara keseluruhan. Hanya saja, rata-rata anak-anak kita cenderung memilih hanya satu sekolah tertentu yang dianggap baik” ujar Baba.
Saat ditanya apakah sekolah tersebut dianggap unggulan, Baba menjawab, “Ya, unggulan. Mereka menganggap itu sekolah unggulan. Tapi pada dasarnya, kalau kita bisa menyebar lulusan SMP atau madrasah secara merata, semuanya bisa tertampung, sesuai kapasitas yang ada.”
Persepsi tentang sekolah unggulan menciptakan ilusi kualitas yang membuat siswa dan orang tua terpusat pada pilihan terbatas. Padahal secara struktural, standar kurikulum nasional yang diterapkan berlaku merata di semua sekolah negeri.
Fenomena ini bukan hanya memperbesar ketimpangan antar sekolah, tapi juga memunculkan beban psikologis pada siswa yang tidak masuk ke sekolah “favorit”. Mereka seringkali merasa gagal sejak awal, meski secara akademik punya potensi besar.
Baba menegaskan, sistem pendidikan seharusnya mendorong penyebaran yang adil agar semua sekolah bisa berkembang bersama. “Tapi kenyataannya, banyak anak-anak kita hanya mau ke sekolah tertentu. Ini yang jadi masalah kita,” ujarnya lagi.
Langkah selanjutnya adalah edukasi publik untuk mengubah mindset orang tua dan siswa, serta penyeimbangan fasilitas agar semua sekolah memiliki daya tarik yang setara, tanpa menunggu label “unggulan” melekat. (Adv)